Fenomena menjamurnya rumah makan yang menjual berbagai menu itik masih terjadi hingga saat ini. Para pelaku bisnis terus menciptakan inovasi baru dalam menu daging dan telur itik yang meningkatkan nilai ekonominya. Hal ini menyebabkan arus permintaan daging dan telur itik terus naik dalam tiga tahun belakangan. Banyak peternak itik yang kebanjiran pesanan sehingga menambah populasi itiknya demi memenuhi permintaan. Kenaikan populasi itik tentu berimbas pada lonjakan permintaan pakan untuk unggas tersebut. Hal tersebut menjadikan usaha pengolahan pakan itik menjadi bisnis yang menggiurkan.
Seorang mantan peternak itik asal Cirebon yang kini menjadi penyuplai pakan sudah membuktikannya. Menurutnya, sejak tahun 2009, permintaan terhadap pakan itik naik hingga 40% sehingga ia rutin mengirim 7—10 ton pakan itik per bulan untuk peternak di daerah sekitarnya saja. Dari hasil penjualan pakan, ia bisa mengantongi omzet hingga Rp55 juta per bulan. Sebab, setiap kg pakan itik bisa mencapai harga Rp5.500,00.
Meskipun menggiurkan, bukan berarti bisnis pakan itik mulus tanpa tantangan. Salah satu tantangannya yakni harga bahan pakan yang mahal dan cenderung fluktuatif. Hal ini dapat disiasati dengan memakai bahan pakan alternatif yang lebih murah, tapi tetap kontinu ketersediaannya. Pelaku usaha dapat berkreasi dengan mengeksplorasi bahan pakan lokal yang tersedia di daerah sekitarnya. Misalnya, menggunakan tepung bungkil karet, onggok, tepung hijauan, tepung keong mas, serta tepung bekicot. Memang, tidak semua bahan pakan tersebut dapat digunakan dalam jumlah banyak. Pasalnya, dalam setiap bahan pakan alternatif terdapat zat tertentu yang justru akan merugikan jika digunakan dalam jumlah banyak.
Faktor penting lainnya yang perlu diingat yakni agar efisiensi penggunaan pakan dapat tercapai, diperlukan pemberian nutrien yang sesuai dengan genetik ternak, laju pertumbuhan, dan tingkat produksi telur itik. Setiap jenis itik mempunyai kemampuan genetik yang berbeda-beda sehingga kecepatan pertumbuhan dan tingkat produksi telurnya pun berbeda. Itik lokal yang sudah terseleksi dengan baik akan menghasilkan efisiensi penggunaan pakan yang tinggi.
Tabel. Kebutuhan Nutrien Itik dari Berbagai Periode
Jenis Nutrien | Ket | Pakan Meri (0-8 Minggu) | Itik Dara (8-23 Minggu) | Itik Produksi Telur (>24 Minggu) |
Kadar Air (%) | Maks | 14 | 14 | 14 |
Protein kasar (%) | Min | 18 | 14 | 15 |
Lemak (%) | Mkas | 7 | 7 | 7 |
Serat kasar (%) | Maks | 7 | 8 | 8 |
Abu (%) | 8 | 8 | 14 | |
Kalsium (%) | 0,9-1,2 | 0,9-1,2 | 3-4 | |
Fosfor total (%) | 0,6-1 | 0,6-1 | 0,6-1 | |
Fosfor tersedia (%) | Min | 0,4 | 0,4 | 0,35 |
Aflatoksin (µg/kg) | Maks | 20 | 20 | 20 |
Energi metabolis (kkal/kg) | 2.700 | 2.600 | 2.650 |
Menyusun suatu formula pakan juga dapat diartikan dengan membuat pakan sendiri. Pakan yang dibuat harus berdasarkan kebutuhan itik yang dipelihara. Tujuan dari pembuatan pakan sendiri sebenarnya adalah menekan biaya produksi sehingga biaya pakan tidak membengkak. Untuk bisa membuatnya diperlukan formulasi atau susunan bahan sehingga akan tercipta pakan itik yang berkualitas baik dan sesuai dengan jenis itik yang dipelihara. Dalam menyusun formula pakan, ada beberapa cara yang dapat diterapkan. Beberapa di antaranya sudah banyak diaplikasikan oleh peternak, antara lain metode bujur sangkar Pearson (square Pearson method), cara coba-coba (trial and error), metode komputer (menggunakan program Ms. Excel), dan cara otomatis. Saat ini, sudah banyak progarm formulasi pakan yang beredar. Namun, untuk mendapatkan formulasi pakan yang baik, pemilihan dan penggunaan bahan pakan di dalamnya sangat berperan penting dan harus disesuaikan dengan kebutuhan ternak.
Bila ingin lebih tau lagi tentang masalah ini lebih dalam yang mungkin bisa menambah pengetahuan para pembaca sekalian silahkan membaca disini
Bila ingin lebih tau lagi tentang masalah ini lebih dalam yang mungkin bisa menambah pengetahuan para pembaca sekalian silahkan membaca disini
Blog Ini Didukung Oleh :
0 comments:
Post a Comment